Metamorfosis tidak sempurna
Metamorfosis tidak sempurna atau disebut juga dengan hemimetabola, adalah metamorfosis yang tidak mengalami proses pupa dan larva. Jadi hewan-hewan yang mengalami proses metamorfosis tidak sempurna akan langsung menuju fase dewasa.
Ciri utama hewan yang memiliki metamorfosis tidak sempurna adalah, mereka memiliki bentuk yang tetap ketika menetas dan perubahannya hanya menyangkut pada ukuran tubuh saja.
Ciri lainnya yang tidak kalah penting adalah, hewan-hewan ini sering melakukan pergantian kulit atau molting. Pergantian kulit ini dilakukan karena hewan tersebut bertambah besar. Saking besarnya, kulit mereka tidak sanggup lagi untuk menutupi tubuhnya sehingga membutuhkan kulit baru yang lebih sesuai dengannya.
BACA JUGA: 14 Hewan Langka Di Indonesia Yang Dilindungi
Tahapan-tahapan dalam Metamorfosis
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, proses metamorfosis memakan waktu cukup lama dan harus melewati beberapa tahapan. Dimulai dari telur, lalu berkembang jadi nimfa, menetas menjadi larva, bertahan dalam fase pupa, sebelum mencapai fase dewasa atau imago yang menjadi tahapan terakhir dalam metamorfosis. Biar lebih jelas, berikut tahapan-tahapan dalam metamorfosis yang harus dilalui oleh para hewan.
Telur merupakan tahapan pertama dalam kehidupan seekor hewan. Telur berasal dari sel telur yang dimiliki oleh betina. Sel telur kemudian dibuahi oleh jantan, dan berubah menjadi telur. Para betina biasanya menyimpan telur mereka di tempat yang paling aman sekaligus paling sesuai bagi bayi-bayi mereka saat menetas nanti.
Telur nyamuk misalnya disimpan di genangan air karena sebelum berubah menjadi nyamuk, telur ini akan menetas sebagai jentik yang bertahan hidup di air. Begitu juga dengan telur kupu-kupu.
Meski kupu-kupu bisa terbang, dan bisa meletakkannya telurnya di tempat tinggi, para kupu-kupu lebih memilih meletakkan calon anaknya di dedaunan. Meski tidak terlalu aman, ketika telur menetas, larva kupu-kupu membutuhkan dedaunan di sekitar mereka untuk dimakan dan bertahan hidup. Karena alasan itulah para induk kupu-kupu meletakkan telur mereka di dedaunan, agar bayi-bayi mereka kelak tidak kelaparan.
Di dalam telur, bayi-bayi hewan ini mulai hidup. Perlahan tapi pasti, organ tubuh mereka mulai terbentuk dan berfungsi. Setelah semuanya siap, telur ini mulai menetas dan memiliki penampilan yang menyerupai induk mereka dalam versi yang lebih kecil. Bayi-bayi hewan ini kemudian dikenal dengan istilah nimfa, dan hanya terjadi pada hewan yang mengalami metamorfosis yang tidak sempurna.
Normalnya, hewan yang melewati tahapan atau fase larva akan mengalami metamorfosis sempurna. Namun beberapa hewan dengan metamorfosis tidak sempurna juga kerap kali terlahir sebagai larva.
Tahapan ini terjadi, karena hewan tersebut memiliki bentuk yang jauh berbeda dengan induknya. Saat masih menjadi larva, hewan juga aktif bergerak. Tidak hanya aktif, mereka juga makan dalam jumlah cukup banyak. Menariknya, makanan yang disantap oleh larva tidak semuanya dicerna.
Di saat yang sama, larva-larva hewan juga menyimpan sebagian makanan yang mereka dapatkan, dan menjadikannya makanan cadangan. Hal ini dilakukan karena pada tahapan selanjutnya, larva hewan tidak bisa makan, dan hanya akan fokus pada perubahan tubuhnya.
Setelah mengumpulkan makanan yang cukup, larva akan berhenti makan, lalu mulai menutup diri dan berubah menjadi kepompong atau pupa. Selama berubah jadi kepompong, larva hewan tidak bisa pergi kemana-mana. Untuk melindungi diri dari pemangsa atau gangguan luar, larva melapisi kepompong mereka dengan kerangka kuat yang dikenal dengan nama kokon.
Dan meski dari luar kepompong tampak mati, namun di bagian dalamnya, larva justru aktif melakukan perubahan besar-besaran pada tubuh mereka. Tidak jarang selama fase ini, organ tubuh baru muncul dan membuat penampilan mereka menyerupai induknya.
Untuk perubahan ini larva memang membutuhkan energi besar, dan karena mereka tidak lagi makan, mereka mulai menggunakan cadangan makanan yang ada dan mengubahnya jadi energi. Perlu diingat bahwa setiap hewan membutuhkan waktu yang berbeda untuk menyelesaikan fase ini.
Larva kupu-kupu membutuhkan waktu selama kurang lebih dua belas hari, sedangkan jentik membutuhkan waktu hanya sekitar dua atau tiga hari untuk menyelesaikan fase pupa dan berubah menjadi nyamuk dewasa.
Setelah menyelesaikan fase sebelumnya, para hewan akan keluar dari kepompong mereka. Bukan sebagai larva, melainkan imago atau hewan dewasa dengan penampilan yang jauh berbeda. Selain penampilan yang berubah, para hewan yang sudah memasuki fase imago juga memiliki habitat dan makanan yang berbeda. Kupu-kupu misalnya, mereka tidak akan lagi tinggal di dedaunan melainkan terbang ke wilayah yang memiliki kelembapan tinggi dan menyantap madu bunga atau nektar sebagai makanannya.
Di fase ini juga, para hewan imago akan mulai mencari pasangan saat musim kawin tiba, dan bereproduksi. Para betina akan bertelur, lalu telur itu menetas, menjadi nimfa, larva, pupa, lalu dewasa.
Tahapan-tahapan dalam Metamorfosis
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, proses metamorfosis memakan waktu cukup lama dan harus melewati beberapa tahapan. Dimulai dari telur, lalu berkembang jadi nimfa, menetas menjadi larva, bertahan dalam fase pupa, sebelum mencapai fase dewasa atau imago yang menjadi tahapan terakhir dalam metamorfosis. Biar lebih jelas, berikut tahapan-tahapan dalam metamorfosis yang harus dilalui oleh para hewan.
Telur merupakan tahapan pertama dalam kehidupan seekor hewan. Telur berasal dari sel telur yang dimiliki oleh betina. Sel telur kemudian dibuahi oleh jantan, dan berubah menjadi telur. Para betina biasanya menyimpan telur mereka di tempat yang paling aman sekaligus paling sesuai bagi bayi-bayi mereka saat menetas nanti.
Telur nyamuk misalnya disimpan di genangan air karena sebelum berubah menjadi nyamuk, telur ini akan menetas sebagai jentik yang bertahan hidup di air. Begitu juga dengan telur kupu-kupu.
Meski kupu-kupu bisa terbang, dan bisa meletakkannya telurnya di tempat tinggi, para kupu-kupu lebih memilih meletakkan calon anaknya di dedaunan. Meski tidak terlalu aman, ketika telur menetas, larva kupu-kupu membutuhkan dedaunan di sekitar mereka untuk dimakan dan bertahan hidup. Karena alasan itulah para induk kupu-kupu meletakkan telur mereka di dedaunan, agar bayi-bayi mereka kelak tidak kelaparan.
Di dalam telur, bayi-bayi hewan ini mulai hidup. Perlahan tapi pasti, organ tubuh mereka mulai terbentuk dan berfungsi. Setelah semuanya siap, telur ini mulai menetas dan memiliki penampilan yang menyerupai induk mereka dalam versi yang lebih kecil. Bayi-bayi hewan ini kemudian dikenal dengan istilah nimfa, dan hanya terjadi pada hewan yang mengalami metamorfosis yang tidak sempurna.
Normalnya, hewan yang melewati tahapan atau fase larva akan mengalami metamorfosis sempurna. Namun beberapa hewan dengan metamorfosis tidak sempurna juga kerap kali terlahir sebagai larva.
Tahapan ini terjadi, karena hewan tersebut memiliki bentuk yang jauh berbeda dengan induknya. Saat masih menjadi larva, hewan juga aktif bergerak. Tidak hanya aktif, mereka juga makan dalam jumlah cukup banyak. Menariknya, makanan yang disantap oleh larva tidak semuanya dicerna.
Di saat yang sama, larva-larva hewan juga menyimpan sebagian makanan yang mereka dapatkan, dan menjadikannya makanan cadangan. Hal ini dilakukan karena pada tahapan selanjutnya, larva hewan tidak bisa makan, dan hanya akan fokus pada perubahan tubuhnya.
Setelah mengumpulkan makanan yang cukup, larva akan berhenti makan, lalu mulai menutup diri dan berubah menjadi kepompong atau pupa. Selama berubah jadi kepompong, larva hewan tidak bisa pergi kemana-mana. Untuk melindungi diri dari pemangsa atau gangguan luar, larva melapisi kepompong mereka dengan kerangka kuat yang dikenal dengan nama kokon.
Dan meski dari luar kepompong tampak mati, namun di bagian dalamnya, larva justru aktif melakukan perubahan besar-besaran pada tubuh mereka. Tidak jarang selama fase ini, organ tubuh baru muncul dan membuat penampilan mereka menyerupai induknya.
Untuk perubahan ini larva memang membutuhkan energi besar, dan karena mereka tidak lagi makan, mereka mulai menggunakan cadangan makanan yang ada dan mengubahnya jadi energi. Perlu diingat bahwa setiap hewan membutuhkan waktu yang berbeda untuk menyelesaikan fase ini.
Larva kupu-kupu membutuhkan waktu selama kurang lebih dua belas hari, sedangkan jentik membutuhkan waktu hanya sekitar dua atau tiga hari untuk menyelesaikan fase pupa dan berubah menjadi nyamuk dewasa.
Setelah menyelesaikan fase sebelumnya, para hewan akan keluar dari kepompong mereka. Bukan sebagai larva, melainkan imago atau hewan dewasa dengan penampilan yang jauh berbeda. Selain penampilan yang berubah, para hewan yang sudah memasuki fase imago juga memiliki habitat dan makanan yang berbeda. Kupu-kupu misalnya, mereka tidak akan lagi tinggal di dedaunan melainkan terbang ke wilayah yang memiliki kelembapan tinggi dan menyantap madu bunga atau nektar sebagai makanannya.
Di fase ini juga, para hewan imago akan mulai mencari pasangan saat musim kawin tiba, dan bereproduksi. Para betina akan bertelur, lalu telur itu menetas, menjadi nimfa, larva, pupa, lalu dewasa.
Pengertian Metamorfosis
Metamorfosis adalah perubahan biologis yang terjadi pada hewan selama masa pertumbuhan. Proses metamorfosis ini baru akan berhenti ketika para hewan tersebut sudah memasuki usia dewasa. Istilah metamorfosis sendiri berasal dari bahasa Yunani, dan merupakan gabungan dari tiga kata yakni, Meta yang memiliki arti setelah. Kata Morphe yang berarti bentuk, dan terakhir kata Osis yang berarti bagian dari.
Berbeda dengan kebanyakan hewan lain, hewan yang mengalami metamorfosis tidak hanya tumbuh jadi lebih besar, namun juga mengalami perubahan bentuk tubuh yang drastis. Tidak jarang selama proses metamorfosis ini, hewan tersebut menumbuhkan organ tubuh baru yang membuat penampilannya jadi sangat berbeda dari sebelumnya.
Kupu-kupu misalnya, sebelum memiliki dua sayap yang indah, kupu-kupu hanyalah ulat biasa yang merayap dari satu daun ke daun lain. Namun setelah melakukan metamorfosis, mereka tidak lagi menjadi ulat, mereka bukan hanya memiliki kaki-kaki kecil, tetapi juga dua sayap bercorak indah yang membuat penampilannya jadi sangat berbeda dari sebelum metamorfosis.
Mengingat perubahannya yang sangat drastis, tentu saja proses metamorfosis ini tidak selesai dalam waktu satu malam saja. Sebelum berubah, para hewan yang melakukan metamorfosis harus melewati beberapa tahapan. Ada tahapan apa aja?
Metamorfosis tidak sempurna
Metamorfosis tidak sempurna atau disebut juga dengan hemimetabola, adalah metamorfosis yang tidak mengalami proses pupa dan larva. Jadi hewan-hewan yang mengalami proses metamorfosis tidak sempurna akan langsung menuju fase dewasa.
Ciri utama hewan yang memiliki metamorfosis tidak sempurna adalah, mereka memiliki bentuk yang tetap ketika menetas dan perubahannya hanya menyangkut pada ukuran tubuh saja.
Ciri lainnya yang tidak kalah penting adalah, hewan-hewan ini sering melakukan pergantian kulit atau molting. Pergantian kulit ini dilakukan karena hewan tersebut bertambah besar. Saking besarnya, kulit mereka tidak sanggup lagi untuk menutupi tubuhnya sehingga membutuhkan kulit baru yang lebih sesuai dengannya.
BACA JUGA: 14 Hewan Langka Di Indonesia Yang Dilindungi
Metamorfosis tidak sempurna
Metamorfosis tidak sempurna atau disebut juga dengan hemimetabola, adalah metamorfosis yang tidak mengalami proses pupa dan larva. Jadi hewan-hewan yang mengalami proses metamorfosis tidak sempurna akan langsung menuju fase dewasa.
Ciri utama hewan yang memiliki metamorfosis tidak sempurna adalah, mereka memiliki bentuk yang tetap ketika menetas dan perubahannya hanya menyangkut pada ukuran tubuh saja.
Ciri lainnya yang tidak kalah penting adalah, hewan-hewan ini sering melakukan pergantian kulit atau molting. Pergantian kulit ini dilakukan karena hewan tersebut bertambah besar. Saking besarnya, kulit mereka tidak sanggup lagi untuk menutupi tubuhnya sehingga membutuhkan kulit baru yang lebih sesuai dengannya.
BACA JUGA: 14 Hewan Langka Di Indonesia Yang Dilindungi
Tahapan-tahapan dalam Metamorfosis
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, proses metamorfosis memakan waktu cukup lama dan harus melewati beberapa tahapan. Dimulai dari telur, lalu berkembang jadi nimfa, menetas menjadi larva, bertahan dalam fase pupa, sebelum mencapai fase dewasa atau imago yang menjadi tahapan terakhir dalam metamorfosis. Biar lebih jelas, berikut tahapan-tahapan dalam metamorfosis yang harus dilalui oleh para hewan.
Telur merupakan tahapan pertama dalam kehidupan seekor hewan. Telur berasal dari sel telur yang dimiliki oleh betina. Sel telur kemudian dibuahi oleh jantan, dan berubah menjadi telur. Para betina biasanya menyimpan telur mereka di tempat yang paling aman sekaligus paling sesuai bagi bayi-bayi mereka saat menetas nanti.
Telur nyamuk misalnya disimpan di genangan air karena sebelum berubah menjadi nyamuk, telur ini akan menetas sebagai jentik yang bertahan hidup di air. Begitu juga dengan telur kupu-kupu.
Meski kupu-kupu bisa terbang, dan bisa meletakkannya telurnya di tempat tinggi, para kupu-kupu lebih memilih meletakkan calon anaknya di dedaunan. Meski tidak terlalu aman, ketika telur menetas, larva kupu-kupu membutuhkan dedaunan di sekitar mereka untuk dimakan dan bertahan hidup. Karena alasan itulah para induk kupu-kupu meletakkan telur mereka di dedaunan, agar bayi-bayi mereka kelak tidak kelaparan.
Di dalam telur, bayi-bayi hewan ini mulai hidup. Perlahan tapi pasti, organ tubuh mereka mulai terbentuk dan berfungsi. Setelah semuanya siap, telur ini mulai menetas dan memiliki penampilan yang menyerupai induk mereka dalam versi yang lebih kecil. Bayi-bayi hewan ini kemudian dikenal dengan istilah nimfa, dan hanya terjadi pada hewan yang mengalami metamorfosis yang tidak sempurna.
Normalnya, hewan yang melewati tahapan atau fase larva akan mengalami metamorfosis sempurna. Namun beberapa hewan dengan metamorfosis tidak sempurna juga kerap kali terlahir sebagai larva.
Tahapan ini terjadi, karena hewan tersebut memiliki bentuk yang jauh berbeda dengan induknya. Saat masih menjadi larva, hewan juga aktif bergerak. Tidak hanya aktif, mereka juga makan dalam jumlah cukup banyak. Menariknya, makanan yang disantap oleh larva tidak semuanya dicerna.
Di saat yang sama, larva-larva hewan juga menyimpan sebagian makanan yang mereka dapatkan, dan menjadikannya makanan cadangan. Hal ini dilakukan karena pada tahapan selanjutnya, larva hewan tidak bisa makan, dan hanya akan fokus pada perubahan tubuhnya.
Setelah mengumpulkan makanan yang cukup, larva akan berhenti makan, lalu mulai menutup diri dan berubah menjadi kepompong atau pupa. Selama berubah jadi kepompong, larva hewan tidak bisa pergi kemana-mana. Untuk melindungi diri dari pemangsa atau gangguan luar, larva melapisi kepompong mereka dengan kerangka kuat yang dikenal dengan nama kokon.
Dan meski dari luar kepompong tampak mati, namun di bagian dalamnya, larva justru aktif melakukan perubahan besar-besaran pada tubuh mereka. Tidak jarang selama fase ini, organ tubuh baru muncul dan membuat penampilan mereka menyerupai induknya.
Untuk perubahan ini larva memang membutuhkan energi besar, dan karena mereka tidak lagi makan, mereka mulai menggunakan cadangan makanan yang ada dan mengubahnya jadi energi. Perlu diingat bahwa setiap hewan membutuhkan waktu yang berbeda untuk menyelesaikan fase ini.
Larva kupu-kupu membutuhkan waktu selama kurang lebih dua belas hari, sedangkan jentik membutuhkan waktu hanya sekitar dua atau tiga hari untuk menyelesaikan fase pupa dan berubah menjadi nyamuk dewasa.
Setelah menyelesaikan fase sebelumnya, para hewan akan keluar dari kepompong mereka. Bukan sebagai larva, melainkan imago atau hewan dewasa dengan penampilan yang jauh berbeda. Selain penampilan yang berubah, para hewan yang sudah memasuki fase imago juga memiliki habitat dan makanan yang berbeda. Kupu-kupu misalnya, mereka tidak akan lagi tinggal di dedaunan melainkan terbang ke wilayah yang memiliki kelembapan tinggi dan menyantap madu bunga atau nektar sebagai makanannya.
Di fase ini juga, para hewan imago akan mulai mencari pasangan saat musim kawin tiba, dan bereproduksi. Para betina akan bertelur, lalu telur itu menetas, menjadi nimfa, larva, pupa, lalu dewasa.
Metamorfosis tidak sempurna
Metamorfosis tidak sempurna atau disebut juga dengan hemimetabola, adalah metamorfosis yang tidak mengalami proses pupa dan larva. Jadi hewan-hewan yang mengalami proses metamorfosis tidak sempurna akan langsung menuju fase dewasa.
Ciri utama hewan yang memiliki metamorfosis tidak sempurna adalah, mereka memiliki bentuk yang tetap ketika menetas dan perubahannya hanya menyangkut pada ukuran tubuh saja.
Ciri lainnya yang tidak kalah penting adalah, hewan-hewan ini sering melakukan pergantian kulit atau molting. Pergantian kulit ini dilakukan karena hewan tersebut bertambah besar. Saking besarnya, kulit mereka tidak sanggup lagi untuk menutupi tubuhnya sehingga membutuhkan kulit baru yang lebih sesuai dengannya.
BACA JUGA: 14 Hewan Langka Di Indonesia Yang Dilindungi
Metamorfosis sempurna
Metamorfosis sempurna adalah jenis metamorfosis dimana hewan tersebut melewati fase telur, larva, kepompong atau pupa, lalu imago. Hewan yang melakukan metamorfosis sempurna tidak melewati proses nimfa, dan karena tidak melewati proses nimfa, hewan-hewan ini akan menetas sebagai larva yang memiliki penampilan berbeda dengan induknya.
Penampilan ini baru akan berubah seperti induknya ketika hewan tersebut sudah melewati fase kepompong dan mencapai fase imago atau dewasa. Hewan-hewan yang bisa jadi contoh metamorfosis sempurna adalah kupu-kupu dan tawon.
Metamorfosis sempurna
Metamorfosis sempurna adalah jenis metamorfosis dimana hewan tersebut melewati fase telur, larva, kepompong atau pupa, lalu imago. Hewan yang melakukan metamorfosis sempurna tidak melewati proses nimfa, dan karena tidak melewati proses nimfa, hewan-hewan ini akan menetas sebagai larva yang memiliki penampilan berbeda dengan induknya.
Penampilan ini baru akan berubah seperti induknya ketika hewan tersebut sudah melewati fase kepompong dan mencapai fase imago atau dewasa. Hewan-hewan yang bisa jadi contoh metamorfosis sempurna adalah kupu-kupu dan tawon.